™ dari Kipas Raksasa Sampai Rekayasa Matahari Cara Gila Tunda Pemanasan Global,

Jannet Juli 26, 2017
Cara Gila Tunda Pemanasan Global, dari Kipas Raksasa Sampai Rekayasa Matahari
KIPAS raksasa milik Climeworks yang berfungsi menyerap karbondioksida dari udara di Swiss terpasang di atap salah satu gedung pengolahan limbah di Winwil, Swiss, 18 juli 2017.*

tokoh penentang rekayasa iklim mengatakan bahwa penyerapan karbon dari udara bisa menciptakan "ilusi solusi” yang bisa digunakan secara sinis atau naif.*** Jim Thomas dari ETC Group di Kanada,

banyak peneliti khawatir upaya-upaya baru tersebut bisa menurunkan komitmen utama pengurangan gas emisi yang merupakan penyebab utama pemanasan global. Selain itu,

sejumlah penelitian menunjukkan bahwa rekayasa matahari dengan bahan-bahan kimia bisa mempengaruhi pola cuaca dunia dan mengganggu musim hujan. Akan tetapi,

ini adalah ilmu biasa tentang atmosfer," kata David Keith dari Harvard. Bagi saya, Ini bukan rekaan ilmiah. kita harus bisa merekayasa matahari. "Jika kita benar-benar ingin mencapai target 1,5 derajat celcius,

Mereka berencana melakukan percobaan pertama di atas langit negara bagian Arizona. Universitas Harvard adalah salah satu institusi yang melakukan upaya itu sejak 2016 lalu dan berhasil mengumpulkan sumbangan sebesar 7,5 juta dolar.

Upaya lain yang lebih berbahaya adalah meredupkan cahaya matahari untuk mendinginkan planet kita.

Dunia harus bisa mencapai “emisi negatif" dengan mengekstrak karbon dari alam. data PBB menunjukkan bahwa upaya yang berpusat pada pengurangan emisi tidak akan cukup terutama tanpa tekad Amerika Serikat. Akan tetapi,

Kesepakatan Paris adalah upaya membatasi kenaikan suhu bumi hingga kurang dari dua derajat celcius dengan temperatur ideal 1,5 derajat celcius atau sedikit di atas masa praindustrial.

dan Skytree di Belanda. Global Thermostat di Amerika Serikat, Perusahaan lain yang punya bisnis serupa di antaranya adalah Carbon Engineering di Kanada,

Climeworks masih belum bisa mendapatkan keuntungan dari bisnisnya mengingat produk karbondioksida konvensional hanya dihargai 300 dolar per ton di Swiss atau sepertiga lebih murah.

Demikian Reuters melaporkan seperti dikutip Antara. sektor usaha sudah sangat berubah," kata dia menggambarkan ketertarikan investor untuk menanam modal dalam upaya penanganan perubahan iklim. "Sejak Kesepakatan Paris,

Dia juga menargetkan bisa mengurangi sepersen emisi karbon dalam setahun mulai 2025. dia berambisi memotong biaya serap sampai 100 dolar per ton. Jan Wurzbacher mengatakan, Direktur dan pendiri Climeworks,

Mereka juga bekerja sama dengan pabirkan otomotif Audi yang berencana menggunakan karbon dari Climeworks sebagai bahan bakar. Climeworks menjual gas yang mereka serap kepada para petani sebagai pupuk sejumlah tanaman seperti tomat dan mentimun.

perusahaan itu hanya bisa menyerap 900 ton karbondioksida selama setahun atau hanya setara dengan emisi tahunan 45 orang warga Amerika Serikat. Saat ini,

Rekayasa matahari

Climeworks menghitung bahwa biaya untuk menyerap seton karbondioksida dari udara adalah sekitar 600 dolar atau sekitar Rp 9 juta.

perusahaan bernama Climeworks mencoba menyerap gas rumah kaca dari udara dengan kipas raksasa yang dibangun dengan biaya 23 juta dolar atau lebih dari Rp 310 miliar. Swiss, Di desa dekat Zurich,

para ilmuwan terus mencari cara lain demi menjaga suhu bumi. Menyikapi pemanasan global,

terutama setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut. sasaran Kesepakatan Paris itu tidak akan tercapai hanya dengan menurunkan emisi industri atau kendaraan bermotor, Menurut catatan PBB,

dan ketinggian curah hujan. kenaikan air laut, gejala penyebab gelombang panas, tempat ratusan negara bertekad menekan tingkat pemanasan global, Langkah berisiko tinggi dan berbiaya besar itu dibutuhkan untuk mencapai sasaran Kesepakatan Paris,

(PR).- Para ilmuwan berupaya merekayasa iklim untuk memperlambat pemanasan global dengan membangun kipas angin raksasa guna menyerap karbondioksida dan melepaskan bahan kimia ke udara untuk meredupkan cahaya matahari. OSLO,


Source: Pikiran Rakyat

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.