Kementerian Luar Negeri Singapura juga menegaskan pentingnya anggota keluarga dan teman-teman untuk membiarkan pihak berwenang tahu siapa saja yang mereka duga terkait paham radikal atau merencanakan serangan teror. Dalam siaran pers-nya,
namun tak berhasil. Mereka tidak memberitahukan aparat dan mencoba mencegahnya secara mandiri, Adik dan orangtua Izzah -- keduanya guru lepas membaca Alquran -- baru mengetahui postingan radikal dan niat bergabung ISIS di Suriah pada 2015.
Izzah juga mengatakan ia siap untuk menjalani pelatihan militer dan terlibat dalam pertempuran bersenjata untuk membela ISIS jika dipanggil oleh kelompok teroris itu. MHA menambahkan,
dia merasa bisa dengan mudah menikah lagi dengan militan ISIS di Suriah." Dengan status 'janda martir, "Dia bilang dia akan mendukung suaminya yang berjuang untuk ISIS di Suriah karena yakin akan menuai 'imbalan surgawi' jika meninggal dalam pertempuran.
mencari 'Salafi atau ISIS' untuk menikah dan menetap bersama anaknya di Suriah." "Ia mengatakan bahwa sejak tahun 2015,
dan bercita-cita untuk hidup dengan cara itu," ungkap siaran pers kementerian. "Dia mendukung ISIS menggunakan kekerasan untuk membangun dan mempertahankan 'khilafah',
Kementerian mengatakan Izzah juga berniat bergabung ISIS dan aktif merencanakan perjalanan ke Suriah dengan anaknya yang masih muda.
tapi dia terus menciptakan yang baru. Beberapa platform media sosial telah dihapus oleh administrator karena konten tersebut, Izzah aktif memposting dan berbagi materi pro-ISIS secara online. Sejak 2014,
beberapa di antaranya terbunuh atau ditangkap di Suriah untuk kegiatan terkait dengan terorisme." Mereka termasuk militan dan pendukung ISIS, "Hal ini diperburuk oleh jaringan kontak asing yang ia kembangkan secara online.
Radikalisasinya kian mendalam dari waktu ke waktu." "Dia mulai percaya bahwa ISIS mewakili semangat sejati Islam.
melalui propaganda secara online terkait dengan kelompok teroris ISIS," kata pihak Kementerian Dalam Negeri. "Radikalisasinya dimulai pada 2013,
Ia ditahan pada Juni tahun ini. seorang asisten perawat bayi yang terikat kontrak dengan PCF (PAP Community Foundation) Sparkletots. Wanita itu diidentifikasi sebagai Syaikhah Izzah Zahrah Al Ansari,
"Singapura menangkap perempuan pertama di negaranya yang ditahan karena radikalisme di bawah peraturan Internal Security Act (ISA)," kata Kementerian Dalam Negeri (MHA) setempat yang dikutip dari Channel News Asia. Senin 12/6/2017.
Terduga pun langsung diamankan oleh pihak berwenang. Kasus pertama perempuan terlibat radikalisme di Singapura terjadi.
Source: Liputan6.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.